Para
perencana keuangan selalu mengajarkan kepada para kliennya untuk selalu
membagi penghasilan, gaji, income, honor atau apapun namanya menjadi
beberapa pos. Biasanya prosentase pembagiannya sebagai berikut:
10% untuk dana sosial.
20% tabungan, investasi dan asuransi.
30% maksimal cicilan hutang.
40% untuk biaya hidup (kosumtif).
Jadi kalau seandainya kita punya gaji 2 juta, maka 200 ribu untuk dana sosial, 400 ribu untuk tabungan, investasi dan asuransi, 600 ribu cicilan hutang dan 800 ribu untuk biaya hidup. Jika tidak punya cicilan hutang maka yang 600 ribu bisa dialihkan ke pos-pos lainnya.
Kalau saya sendiri hanya membagi menjadi 3 pos saja, agar lebih simpel dan karena memang saat ini pos kauangan saya hanya segitu:
20% untuk dana sosial (tabungan akhirat).
20% untuk investasi dan asuransi BPJS (tabungan dunia).
60% untuk biaya hidup.
Kebetulan saat ini saya tidak memiliki cicilan hutang, jadi saya bisa menerapkan yang 3 pos diatas.
Bagaimana cara saya mengatur keuangan saya? Saya bukanlah orang yang memiliki penghasilan besar, oleh karena itu pos untuk biaya hidup saya besarkan jadi 60% dan pos dana sosial saya besarkan juga jadi 20%, karena saya termasuk orang yang percaya bahwa semakin besar kita membelanjakan uang kita untuk menolong sesama, maka semakin besar keberkahan dari uang kita.
20% untuk dana sosial (tabungan akhirat).
Sebagai guru non PNS dan kadang juga memiliki kerjaan sampingan, setiap saya mendapatkan income/honor/keuntungan baik dari mengajar maupun dari lainnnya, maka saya sisihkan 20% terlebih dahulu. Jadi setiap dapat uang, maka 20% masuk ke pos dana sosial. Untuk apa dana sosial ini saya gunakan? Yang pertama memberi kepada orang tua dan mertua, memberi kepada saudara, lalu sedekah kemanusiaan, melayat orang meninggal, menjenguk orang sakit, kondangan, iuran lingkungan dan hal-hal lainnya yang sifatnya non profit. Insya Allah ini yang membuat keberkahan itu datang semenjak saya mengamalkannya, dan Alhamdulillah saya tidak pernah mengalami kesulitan keuangan atau apapun yang sifatnya menyulitkan saya seperti dulu pernah saya alami. Meskipun penghasilan tidak besar tapi berkah, itu yang utama.
20% tabungan, investasi dan asuransi (tabungan dunia).
Jumlah yang sama saya alokasikan antara tabungan akhirat dan dunia. Alokasi ini biasanya saya gunakan untuk membayar premi BPJS saya dan keluarga. Kemudian membeli reksadana syariah. Mengapa memilih reksadana? Karena investasi di reksadana lebih murah dibanding kalau kita investasi dalam logam mulia apalagi properti. Untuk likuditasnya, keduanya sama antara reksadana dan logam mulia, sangat likuid. Reksadana bisa kita miliki hanya dengan modal 100 ribu, berbeda dengan emas, modalnya harus lebih besar lagi. Namun keuntungan reksadana tidak kalah dengan logam mulia, tergantung portofolio dan jangka waktu investasinya. Sisa dari alokasi ini kemudian saya masukan ke modal jualan pulsa. Cukup modal HP tanpa konter, menjual pulsa bisa dilakukan dengan mudah dan pulsa termasuk dagangan yang mudah laku. Alokasi pada pos ini adalah yang harus menghasilkan profit.
60% untuk biaya hidup (konsumtif).
Inilah yang saya gunakan untuk biaya hidup sehari-hari, mulai dari belanja dapur, transportasi, listrik, komunikasi, dan lainnya semuanya ada dalam pos ini.
Untuk memudahkan membagi penghasilan kedalam 3 pos tersebut, saya membeli dompet yang memiliki 3 ruang. Jadi begitu setiap ada uang masuk, langsung saya bagi 3 sesuai prosentase diatas, kemudian saya salurkan sesuai tujuan alokasinya.
Dengan disiplin dalam mengatur keuangan dan juga tidak melupakan prinsip berbagi, insya Allah kita tidak akan menemui masalah keuangan yang berarti. Dan memang yang paling sulit adalah disiplin, sekali lagi itulah yang sulit kita lakukan, tapi percayalah orang -orang yang berhasil secara finansial adalah orang-orang yang disiplin dalam menggunakan uangnya dan juga tidak melupakan berbagi dengan sesama.
10% untuk dana sosial.
20% tabungan, investasi dan asuransi.
30% maksimal cicilan hutang.
40% untuk biaya hidup (kosumtif).
Jadi kalau seandainya kita punya gaji 2 juta, maka 200 ribu untuk dana sosial, 400 ribu untuk tabungan, investasi dan asuransi, 600 ribu cicilan hutang dan 800 ribu untuk biaya hidup. Jika tidak punya cicilan hutang maka yang 600 ribu bisa dialihkan ke pos-pos lainnya.
Kalau saya sendiri hanya membagi menjadi 3 pos saja, agar lebih simpel dan karena memang saat ini pos kauangan saya hanya segitu:
20% untuk dana sosial (tabungan akhirat).
20% untuk investasi dan asuransi BPJS (tabungan dunia).
60% untuk biaya hidup.
Kebetulan saat ini saya tidak memiliki cicilan hutang, jadi saya bisa menerapkan yang 3 pos diatas.
Bagaimana cara saya mengatur keuangan saya? Saya bukanlah orang yang memiliki penghasilan besar, oleh karena itu pos untuk biaya hidup saya besarkan jadi 60% dan pos dana sosial saya besarkan juga jadi 20%, karena saya termasuk orang yang percaya bahwa semakin besar kita membelanjakan uang kita untuk menolong sesama, maka semakin besar keberkahan dari uang kita.
20% untuk dana sosial (tabungan akhirat).
Sebagai guru non PNS dan kadang juga memiliki kerjaan sampingan, setiap saya mendapatkan income/honor/keuntungan baik dari mengajar maupun dari lainnnya, maka saya sisihkan 20% terlebih dahulu. Jadi setiap dapat uang, maka 20% masuk ke pos dana sosial. Untuk apa dana sosial ini saya gunakan? Yang pertama memberi kepada orang tua dan mertua, memberi kepada saudara, lalu sedekah kemanusiaan, melayat orang meninggal, menjenguk orang sakit, kondangan, iuran lingkungan dan hal-hal lainnya yang sifatnya non profit. Insya Allah ini yang membuat keberkahan itu datang semenjak saya mengamalkannya, dan Alhamdulillah saya tidak pernah mengalami kesulitan keuangan atau apapun yang sifatnya menyulitkan saya seperti dulu pernah saya alami. Meskipun penghasilan tidak besar tapi berkah, itu yang utama.
20% tabungan, investasi dan asuransi (tabungan dunia).
Jumlah yang sama saya alokasikan antara tabungan akhirat dan dunia. Alokasi ini biasanya saya gunakan untuk membayar premi BPJS saya dan keluarga. Kemudian membeli reksadana syariah. Mengapa memilih reksadana? Karena investasi di reksadana lebih murah dibanding kalau kita investasi dalam logam mulia apalagi properti. Untuk likuditasnya, keduanya sama antara reksadana dan logam mulia, sangat likuid. Reksadana bisa kita miliki hanya dengan modal 100 ribu, berbeda dengan emas, modalnya harus lebih besar lagi. Namun keuntungan reksadana tidak kalah dengan logam mulia, tergantung portofolio dan jangka waktu investasinya. Sisa dari alokasi ini kemudian saya masukan ke modal jualan pulsa. Cukup modal HP tanpa konter, menjual pulsa bisa dilakukan dengan mudah dan pulsa termasuk dagangan yang mudah laku. Alokasi pada pos ini adalah yang harus menghasilkan profit.
60% untuk biaya hidup (konsumtif).
Inilah yang saya gunakan untuk biaya hidup sehari-hari, mulai dari belanja dapur, transportasi, listrik, komunikasi, dan lainnya semuanya ada dalam pos ini.
Untuk memudahkan membagi penghasilan kedalam 3 pos tersebut, saya membeli dompet yang memiliki 3 ruang. Jadi begitu setiap ada uang masuk, langsung saya bagi 3 sesuai prosentase diatas, kemudian saya salurkan sesuai tujuan alokasinya.
Dengan disiplin dalam mengatur keuangan dan juga tidak melupakan prinsip berbagi, insya Allah kita tidak akan menemui masalah keuangan yang berarti. Dan memang yang paling sulit adalah disiplin, sekali lagi itulah yang sulit kita lakukan, tapi percayalah orang -orang yang berhasil secara finansial adalah orang-orang yang disiplin dalam menggunakan uangnya dan juga tidak melupakan berbagi dengan sesama.
Komentar
Posting Komentar
Jika berkenan, kamu bisa memberikan komentar disini, dan jika kamu punya blog, saya akan kunjung balik. (Isi komentar diluar tanggung jawab kami).