Ketika kau katakan bahwa kau takut malam, sama halnya dengan ku. Ketika malam tiba, keceriaan perlahan meredup, langit membeku, mentari yang tulus menyinari menghilang, digantikan lampu-lampu yang bersinar temaram.
Aku juga takut akan malam, ketika ku lihat orang-orang disekelilingku terdiam, hening, bagai pergi meninggalkanku tanpa peduli dengan keadaanku. Aku takut melihat rembulan dengan sinarnya yang pucat mencoba menemani ku. Ia seolah membawa kabar dari mentari yang berada entah dimana, bahwa esok ia akan muncul kembali. Namun aku tetap saja takut.
Aku takut akan malam yang menimbulkan suara deritan dahan-dahan pohon yang tertiup angin malam, suara binatang yang mendesah lemah, ataupun yang melengking tinggi, yang membuat ku bagai terkepung oleh gelap gulitanya malam.
Aku mencoba bertanya kepadamu, apakah kau takut akan malam seperti halnya aku?
Hingga kau meminta diriku untuk menyalakan mentari dan memindahkan bulan...
Tidak ! Aku tidak bisa, itu hanyalah hiburan dari seorang abang kepada adiknya !
Aku hanya bisa menemanimu dari kejauhan, ketika kau bergumul dengan gelapnya malam yang menyelimuti...
Sampai akhirnya aku tahu, bahwa kau takut akan malam hanya karena ketakutan mu akan berkurangnya rasa sayang ku padamu...
Malam seolah memisahkan kau dan aku, hingga ingin cepat kau sambut mentari yang akan menerangi jalan mu untuk menemui ku, untuk melepaskan segala rasa rindu di hatimu...
Jawaban itu lebih memalukan bagiku, namun juga membuat hati ini tersenyum, karena dikala malam datang, ada seorang sahabat yang harus melewati malam dengan perasaan berat, ingin segera bertemu dengan seribu rasa rindu yang membuat malam semakin panjang dan menyiksa...
Jadi hanya itukah rasa takutmu terhadap malam?
Ternyata kau lebih berani dariku, kau lewati malam dengan berjuta harapan, sayang ku takkan pernah berkurang untukmu....
Aku juga takut akan malam, ketika ku lihat orang-orang disekelilingku terdiam, hening, bagai pergi meninggalkanku tanpa peduli dengan keadaanku. Aku takut melihat rembulan dengan sinarnya yang pucat mencoba menemani ku. Ia seolah membawa kabar dari mentari yang berada entah dimana, bahwa esok ia akan muncul kembali. Namun aku tetap saja takut.
Aku takut akan malam yang menimbulkan suara deritan dahan-dahan pohon yang tertiup angin malam, suara binatang yang mendesah lemah, ataupun yang melengking tinggi, yang membuat ku bagai terkepung oleh gelap gulitanya malam.
Aku mencoba bertanya kepadamu, apakah kau takut akan malam seperti halnya aku?
Hingga kau meminta diriku untuk menyalakan mentari dan memindahkan bulan...
Tidak ! Aku tidak bisa, itu hanyalah hiburan dari seorang abang kepada adiknya !
Aku hanya bisa menemanimu dari kejauhan, ketika kau bergumul dengan gelapnya malam yang menyelimuti...
Sampai akhirnya aku tahu, bahwa kau takut akan malam hanya karena ketakutan mu akan berkurangnya rasa sayang ku padamu...
Malam seolah memisahkan kau dan aku, hingga ingin cepat kau sambut mentari yang akan menerangi jalan mu untuk menemui ku, untuk melepaskan segala rasa rindu di hatimu...
Jawaban itu lebih memalukan bagiku, namun juga membuat hati ini tersenyum, karena dikala malam datang, ada seorang sahabat yang harus melewati malam dengan perasaan berat, ingin segera bertemu dengan seribu rasa rindu yang membuat malam semakin panjang dan menyiksa...
Jadi hanya itukah rasa takutmu terhadap malam?
Ternyata kau lebih berani dariku, kau lewati malam dengan berjuta harapan, sayang ku takkan pernah berkurang untukmu....
Komentar
Posting Komentar
Jika berkenan, kamu bisa memberikan komentar disini, dan jika kamu punya blog, saya akan kunjung balik. (Isi komentar diluar tanggung jawab kami).