Langsung ke konten utama

Apakah Pendidikan Itu?

mendidik sumber internetSebelum kita tinjau apa yang dimaksud dengan pendidikan, terlebih dahulu perlu kiranya diterangkan dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan.

Pedagogik adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia  yang berarti "pergaulan dengan anak-anak." Paedagogos (paedos = anak, dan agoge = saya membimbing, memimpin) pada jaman Yunani kuno ialah seorang pelayan bujang yang kerjanya mengantar anak ke dan dari sekolah. Didalam rumah, anak-anak selalu dalam pengawasan paedagogos. Pendidikan anak-anak Yunani kuno diserahkan kepada Paedagogos ini.
Dari uraian diatas, dapat kita katakan dengan singkat: mendidik ialah memimpin anak. Mendidik adalah pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan mengenai gejala-gejala pendidikan. Kebanyakan orang masih menganggap enteng dan mudah terhadap hal mendidik. Kebanyakan orang tua mendidik hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman praktisnya, meniru perbuatan orang tua sebelumnya yang belum tentu benar dan baik. Jadi, mereka berkehendak bekerja secara "intuitif" belaka, tidak atau kurang mau mempelajari dan menyelidiki hal-hal mendidik secara ilmu pengetahuan, secara teoritis.

Berdasarkan pemikiran tersebut, jadi apakah mendidik itu? Ada beberapa ahli yang mengumpamakan pekerjaan mendidik itu seperti pekerjaan tukang kebun yang memelihara tanaman-tanamannya. Si tukang kebun meletakan atau menamam bibit tanaman ditempat yang sudah digemburkan. Tanaman akan tumbuh sendiri, ada yang gemuk, tinggi dan subur, ada pula yang kurus dan lamban pertumbuhannya bahkan ada yang mati. Tukang kebun tidak dapat memaksa tanaman itu agar lekas tinggi dan berbuah. Tanaman itu tumbuh dengan sendirinya dengan kekuatan dari dalam, dan kecepatan tumbuhnya berbeda-beda pada setiap tanaman. SI tukang kebun hanya dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman itu dari luar, menyiraminya, memberi pupuk dan menjaganya dari hama. Bila perlu si tukang kebun memindahkan tanaman itu ke tempat lain yang lebih subur.

Demikian dengan seorang pendidik terhadap anak didiknya. Ia berusaha membimbing atau memimpin pertumbuhan anak, jasmani maupun rohaninya. Pendidik tidak dapat memaksa  pertumbuhan anak seenaknya. Dalam pertumbuhannya, jasmani dan rohani anak berkembang sendiri, dan perkembangannya menurut tempo dan iramanya sendiri yang tidak sama antara anak satu dengan yang lain. Anak mempunyai pembawaan dan bakat sendiri-sendiri.

Pendidik hanya dapat memimpin perkembangan anak itu dengan mempengaruhinya dari luar, seperti dengan memberi makanan yang cukup sehat, memberi pakaian, menjaga supaya anak terhindar dari penyakit, menyediakan alat-alat dan memberikan kesempatan untuk bermain, menasihati, melarang, menghukum, menyekolahkan dan kalau perlu memindahkan anak tersebut kedalam lingkungan yang lebih baik.

Menurut uraian diatas, perumpamaan pendidikan sebagai tukang kebun, kita harus berhati-hati karena anak tidak sama dengan tanaman. Perkembangan anak manusia tidak hanya melulu biologis seperti halnya tamanan, sehingga kita tidak bisa  seperti tukang kebun yang menurut L. Gurlitt akan terbatas pada "membiarkan tumbuh, memelihara, menjaga dan menolong" makhluk muda itu. Pendirian para paedagogik naturalis memang demikian, mereka pesimistis dalam tindakannya mendidik anak.

Tugas pendidik yang sebenarnya tidak hanya membiarkan tumbuh. Pendidik hendaknya berusaha agar anak itu menjadi manusia yang lebih mulia. Anak atau manusia itu adalah makhluk yang berpribadi dan berkesusilaan; ia dapat memilih dan menentukan apa-apa yang akan dilakukan, juga menghindari atau menolak segala yang tidak disukainya.

Kesimpulan

Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

Lebih lengkapnya:

Pendidikan ialam pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat . (Purwanto, 2006:10)
---
Diringkas dari buku Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Drs. M Ngalim Purwanto, MP
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung 2006

Baca Juga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Nonton Ayat-ayat Cinta

Coz webnya kakbayu nggak bisa dibuka ya udah jadinya saya krm in email aja, saya mo cerita nich... Hari jumat yang lalu saya nonton ayat2 cinta bareng ama temen, dan Subhanalloh, mata saya bengkak gedhe banget sekeluarnya dari bioskop, dan bengkak itu 2 hari baru bisa kempes, he he he he he. Sebenarnya saya nangis bukan karena jalan ceritanya, bukan karena Fahri yang begitu sempurna seperti halnya Aisha baik agama maupun hati dan akhlaknya, bukan juga karena nasib Maria yang begitu malang. Tapi ada dua adegan yang sampai sekarang kalo diinget saya masih tetep nangis.

Begini cara hitung skor PPDB Zonasi Sekolah Dasar Negeri Kota Depok Tahun 2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Depok tahun ini rupanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2024 ini PPDB dilaksanakan secara terintegrasi dari TK Negeri, SD Negeri dan SMP Negeri. Tahun ini pun persyaratan Kartu Keluarga (KK) Kota Depok yang terbitnya setidaknya sudah 1 (satu) tahun pun menjadi persyaratan mutlak. Tujuannya tentu saja menyaring agar calon peserta didik yang mendaftar di sekolah negeri dibawah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah benar-benar warga Depok, yang telah memiliki KK dan tinggal di Depok setidaknya 1 (satu) tahun. Jika tidak, maka tombol opsi untuk melakukan pendaftaran tidak dapat di tekan. Tujuannya memang positif, dimana Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan prioritas kepada warga Depok untuk dapat bersekolah di kotanya sendiri dan sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya sesuai KK. Namun dampaknya untuk Sekolah Dasar Negeri banyak calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun keatas tidak dapat masuk sekolah dikarenakan K...

Guru Malas Menulis, Murid Malas Membaca: Tantangan dan Solusi Pendidikan

Dalam era digital yang serba cepat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang tak terelakkan: penurunan minat guru dalam menulis dan menurunnya minat siswa dalam membaca. Fenomena ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Artikel ini akan mengupas penyebab, dampak, dan solusi dari masalah ini. Penyebab Guru Malas Menulis 1. Beban Kerja yang Tinggi: Guru sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, mulai dari mengajar, menyiapkan materi, hingga mengurus administrasi. Hal ini menyisakan sedikit waktu dan energi untuk menulis. 2. Kurangnya Motivasi: Beberapa guru mungkin merasa tidak ada insentif atau penghargaan yang cukup untuk menulis, baik dalam bentuk artikel ilmiah, buku, atau bahkan materi pembelajaran yang inovatif. 3. Teknologi dan Sumber Daya: Keterbatasan akses ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menulis, seperti komputer dan akses internet yang stabil, juga bisa menjadi kendala.