Langsung ke konten utama

Istri harus dirawat, untung ada Asuransi BPJS :)

BPJS kesehatan
Posting ini saya buat dalam ruang Gladiol 211-2 RS. Grha Permata Ibu saat menemani istri saya yang didiagnosa mengalami Hiperemesis Gravidarum. Mengenai Hiperemesis Gravidarum akan saya bahas di posting lainnya. Dalam posting ini saya hanya akan menceritakan tentang bagaimana saya bisa masuk ke RS ini menggunakan BPJS.

Awalnya, istri saya yang sedang hamil muda dan memiliki penyakit maag menderita mual dan muntah cukup hebat. Saya bawa ke Puskesmas Beji, belum sembuh. Kemudian saya bawa ke Klinik Citra Angsana, pun demikian tidak mendapatkan hasil memuaskan. Selanjutnya saya bawa istri saya kembali ke Puskesmas Beji, diberikan obat dan dokter mengatakan jika 3 hari tidak sembuh, maka harus dirawat. Hari keempat saya kembali lagi di Puskesmas Beji, dan dokter langsung merujuk istri saya ke RS. Dokter mengatakan silahkan memilih RS manapun asal di Depok. Akhirnya dokter juga yang memilihkan RS. Grha Permata Ibu (GPI) di Kukusan Beji - Depok.

Berbekal surat rujukan saya dan istri langsung menuju RS. GPI, dan saya masuk melalui loket BPJS yang ruangnya berada disebelah kiri gerbang RS. GPI. Saya mengantri dan mendapatkan antrian 247 dan antrian baru sampai sekitar seratus tujuh puluhan. Saya berpikir akan lama, tetapi ternyata cukup cepat juga petugas RS. GPI melayani dan tibalah saya mendapat giliran. Setelah menyiapkan berkas sebagai pasien baru yaitu foto copy KTP, foto copy kartu BPJS dan foto copy surat rujukan masing-masing rangkap 2 serta mengisi formulir pendaftaran, kemudian saya diberikan jadwal dokter kandungan beserta nomor antriannya.

Petugas itu menanyakan, akan memilih dokter laki-laki atau perempuan, saya jawab perempuan. Tapi ternyata yang sedang tugas dokter laki-laki. Ya karena darurat dan hanya itu dokter yang bertugas, saya mengiyakan saja. Menunggu didepan poliklinik sampai akhirnya dipanggil masuk kedalam ruangan periksa dr. Jumadi, Sp. OG, Mkes. Dokter memutuskan istri harus dirawat, dan saat itu perawat berkata kepada dokter bahwa kamar penuh dan saya lihat beberapa kali mencoba menghubungi "bagian kamar." Saya sedikit curiga, apa karena saya pasien BPJS jadi tiba-tiba dikatakan kamar penuh? Saya tetap diam dan memperhatikan sampai akhirnya dokter tetap "ngotot" carikan kamar, di umum juga gak apa-apa. Dokter sempat bertanya kepada saya, BPJS kelas berapa? Saya jawab kelas 2. Akhirnya saya disuruh tunggu di ruang tunggu poliklinik sambil menunggu kamar kosong karena kebetulan hari ini ada pasien yang keluar. Setelah cukup lama, datanglah perawat memanggil istri saya, kemudian istri saya dibawa ke ruangan masih di poliklinik untuk kemudian mendapat tindakan suntik anti mual dan infus.

Saat istri sedang berada di ruang poliklinik, saya kemudian disuruh mencari kamar dan menghubungi administrasi kamar. Sepertinya kamar kelas 2 penuh semua, dan saya lihat dari telepon administrasi kamarnya mengatakan kepda orang ditelepon bahwa kamar semua penuh, bahkan VIP pun penuh. 

Saya mengisi beberapa blanko, kemudian mendapatkan penjelasan tentang tata tertib dan biaya. Untuk biaya rawat inap,  semua ditanggung BPJS. Tapi ada beberapa obat yang tidak ditanggung harus dibeli di farmasi.

Setelah kamar siap, dipindahkanlah istri saya ke kamar Gladiol 211-2 menggunakan kursi roda. Satu kamar terdiri dari 8 bed maksimal, ada AC dan di bed istri saya serta bed seberangnya kebetulan ada televisi. Kamarnya cukup bagus, tapi saat istri saya tanya ke perawat dikatakan ini kamar kelas 3. Ya tapi enggak apa-apalah, kelas 3 juga sudah bagus di RS. GPI.

Hari pertama, 1 Februari 2016 saya hanya menebus obat sebesar Rp. 172.000. Obat suntik dan sebuah gelang pasien yang tidak masuk dalam tanggungan BPJS. Sedangkan untuk yang infusan semua dalam tanggungan BPJS. Hari kedua, 2 Februari 2016, saya harus menebus 3 buah obat. Diantaranya sebesar Rp. 98.600 yang saya tebus di bagian farmasi. Dan 2 obat lagi tidak tersedia dan saya tebus di apotik Roxy sebesar Rp. 146.000 namun itu masih kurang 10 butir obat.

Mengenai layanan di RS. GPI, saya menilai dokter, perawat dan bahkan cleaning service nya pun ramah-ramah. Ruang rawatnya meskipun dapatnya kelas 3 bersih dan nyaman. Makan sehari tiga kali dengan menu yang cukup enak, sudah gitu air minum diberikan full satu termos plastik dan diganti secara berkala air dan gelasnya meskipun tidak habis diminum. Intinya cukup memuaskan layanan dari RS. GPI terhadap pasien BPJS seperti saya, sesuai dengan motonya "Kami Melayani Dengan Sepenuh Hati" 

Harapan saya sih kedepannya BPJS dapat meng-cover seluruh obat, jadi tidak ada obat yang harus ditebus diluar BPJS. Toh yang kita gunakan adalah BPJS swadana, "mbayar !" Bukan bantuan pemerintah yang akhir-akhir ini sepertinya tidak bisa kita harapkan keberpihakannya kepada rakyat kecil.

BPJS harus lebih profesional seiring dengan bertumbuhnya dana kelolaan, maka layanannya pun harus baik. Baik ke pihak Rumah Sakit, sehingga Rumah Sakit "tidak kapok" menerima pasien dari BPJS.

Besok pagi, mudah-mudahan istri sudah bisa pulang. Karena seenak dan senyaman apapun di Rumah Sakit, masih lebih enak dirumah sendiri. Oh iya, saya mau mengucapkan terimakasih kepada Pak Suhanda dan Bu Rusmiati yang sudah menyempatkan diri menjenguk istri saya, saya sampai kaget ketika tanpa kabar dan berita bapak dan ibu tiba-tiba sudah berada di kamar rawat istri saya. Sekali lagi terimakasih.

Oke, nanti saya update lagi termasuk foto-fotonya,  terimakasih buat anda yang telah membaca tulisan ini,
---

Update:

Alhamdulillah istri sudah diperbolehkan keluar karena menurut penilaian dokter kondisinya sudah membaik. Sebelum keluar masih harus menebus obat yang tidak ditanggung BPJS sebesar Rp. 142.000. Setelah itu, saya diminta datang ke administrasi rawat inap. Disana saya disodorkan tagihan rawat inap selama 2 hari sebesar Rp. 2.950.000 yang harus saya tanda tangani. Dan ternyata sudah dilunasi oleh BPJS, jadi saya cuma tinggal tanda tangan saja :)

Oh iya, untuk menggunakan BPJS di Rs. GPI berikut berkas yang harus dilengkapi:

Pasien Baru
  • 2 lembar fotocopy kartu BPJS
  • 2 lembar fotocopy KTP (KK bagi anak-anak)
  • 1 lembar rujukan asli dari faskes tingkat 1
  • 2 lembar fotocopy rujukan dari faskes tingkat 1
Pasien Lama (yang sebelumnya pernah berobat)
  • 1 lembar fotocopy kartu BPJS
  • 1 lembar fotocopy KTP (KK bagi anak-anak)
  • Surat perintah kontrol asli
  • 2 lembar fotocopy surat pengantar (bagi yang ke Laboraturium/Radiologi/Fisioterapi)

Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca sekalian, sekali lagi terimakasih atas kunjungannya ke blog ini :)

Baca Juga

Komentar

  1. tapi sayang nya kak bay, masih belom maksimal bpjs! kenapa sampe ada kata kata kamar penuh. saya tau persaan kaka pasti. ;(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dia, masih banyak obat yang gak di cover, jadi harus nebus juga, bayar juga. Padahal sebagai peserta BPJS swadana dimana kita membayar bukan gratisan, seharusnya semua di cover oleh BPJS. Apalagi gaji dirut BPJS setiap bulannya lebih dari 500juta, masa layanan yang diberikan masih setengah-setengah! Dirut BPJS kalau sakit dan dirawat kayaknya gak bakal pake BPJS :D

      Hapus
  2. Bagaimana dgn pelayanan bumil di puskesmas beji?

    BalasHapus
  3. kl pendaftarannya jam brp ya ... siang be TDK??

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa, karena waktu itu saya datang juga sudah siang

      Hapus

Posting Komentar

Jika berkenan, kamu bisa memberikan komentar disini, dan jika kamu punya blog, saya akan kunjung balik. (Isi komentar diluar tanggung jawab kami).

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Nonton Ayat-ayat Cinta

Coz webnya kakbayu nggak bisa dibuka ya udah jadinya saya krm in email aja, saya mo cerita nich... Hari jumat yang lalu saya nonton ayat2 cinta bareng ama temen, dan Subhanalloh, mata saya bengkak gedhe banget sekeluarnya dari bioskop, dan bengkak itu 2 hari baru bisa kempes, he he he he he. Sebenarnya saya nangis bukan karena jalan ceritanya, bukan karena Fahri yang begitu sempurna seperti halnya Aisha baik agama maupun hati dan akhlaknya, bukan juga karena nasib Maria yang begitu malang. Tapi ada dua adegan yang sampai sekarang kalo diinget saya masih tetep nangis.

Begini cara hitung skor PPDB Zonasi Sekolah Dasar Negeri Kota Depok Tahun 2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Depok tahun ini rupanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2024 ini PPDB dilaksanakan secara terintegrasi dari TK Negeri, SD Negeri dan SMP Negeri. Tahun ini pun persyaratan Kartu Keluarga (KK) Kota Depok yang terbitnya setidaknya sudah 1 (satu) tahun pun menjadi persyaratan mutlak. Tujuannya tentu saja menyaring agar calon peserta didik yang mendaftar di sekolah negeri dibawah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah benar-benar warga Depok, yang telah memiliki KK dan tinggal di Depok setidaknya 1 (satu) tahun. Jika tidak, maka tombol opsi untuk melakukan pendaftaran tidak dapat di tekan. Tujuannya memang positif, dimana Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan prioritas kepada warga Depok untuk dapat bersekolah di kotanya sendiri dan sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya sesuai KK. Namun dampaknya untuk Sekolah Dasar Negeri banyak calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun keatas tidak dapat masuk sekolah dikarenakan K...

Guru Malas Menulis, Murid Malas Membaca: Tantangan dan Solusi Pendidikan

Dalam era digital yang serba cepat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang tak terelakkan: penurunan minat guru dalam menulis dan menurunnya minat siswa dalam membaca. Fenomena ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Artikel ini akan mengupas penyebab, dampak, dan solusi dari masalah ini. Penyebab Guru Malas Menulis 1. Beban Kerja yang Tinggi: Guru sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, mulai dari mengajar, menyiapkan materi, hingga mengurus administrasi. Hal ini menyisakan sedikit waktu dan energi untuk menulis. 2. Kurangnya Motivasi: Beberapa guru mungkin merasa tidak ada insentif atau penghargaan yang cukup untuk menulis, baik dalam bentuk artikel ilmiah, buku, atau bahkan materi pembelajaran yang inovatif. 3. Teknologi dan Sumber Daya: Keterbatasan akses ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menulis, seperti komputer dan akses internet yang stabil, juga bisa menjadi kendala.