Langsung ke konten utama

Imunisasi Terbaik Disediakan Oleh Alam

imunisasi
sumber: nasionalkini.co.id
Lagi ramai nih tentang vaksin palsu yang membuat marah berbagai kalangan khususnya orang tua yang anaknya dicurigai diimunisasi dengan vaksin palsu. Beberapa orang sudah ditangkap dan dijadikan tersangka, tapi apakah dengan begitu menyelesaikan masalah? Tuntutan orang tua yang merasa menjadi korban semakin tinggi, sampai minta anaknya “diasuransikan” jika suatu saat terkena penyakit yang seharusnya sudah imun. Wajar, karena orang tua sangat sayang dengan anak-anaknya.

Jadi muncul pertanyaan, mengapa orang jaman dulu gak divaksin namun kok kekebalan tubuhnya rata-rata lebih kuat dari orang jaman sekarang? Mungkin begini ya, anak-anak jaman sekarang terlalu diproteksi, semua serba cuci tangan, higienis, dijaga banget oleh orang tuanya dari paparan “kotoran” sehingga tubuh mereka tidak “kreatif” menciptakan antibodi. Ada kucing dijauhi, ada debu dikasih AC dengan filter udara, dan usaha-usaha sejenisnya sehingga “tubuh” tidak pernah mengenal lingkungannya secara baik.

Saya sendiri ketika punya anak, hanya imunisasi 1 kali, lupa saya imunisasi apa itu, itu juga karena sudah dicereweti dokter. Tapi saya melakukan "imunisasi alami" terhadap anak saya, diantaranya saya memandi hujankan anak saya sebelum usianya genap 1 tahun, mandi hujan siang dan malam sekitar jam 19. Saya sering menyentuhkan anak saya pada hewan berbulu (kucing) saat masih kecil, bermain tanah, berkotor-kotor dengan harapan tubuhnya bisa menyusun antibodi untuk menangkal paparan. Saya pernah membaca tulisan di internet, namun saya cari-cari lagi tidak ketemu, intinya sebelum anak anda berusia kalau tidak salah 1 tahun setidaknya anak harus disentuhkan/dipaparkan dengan berbagai macam benda/makhluk hidup. Rumput pagi, tanah basah, hewan berbulu, mandi hujan, dan sejenisnya saya lakukan kepada anak saya.

babck to nature
sumber: bestphotosite.net
Kemudian yang tidak kalah penting adalah ASI. ASI adalah salah satu pembentuk anti bodi yang paling baik bagi anak-anak. Apalagi ASI pertama yang keluar, itu banyak mengandung kolostrum yang akan melindungi pencernaan anak dan baik bagi kesehatan serta tumbuh kembangnya. Oleh karena itu sekarang para dokter kandungan/anak sering mensosialisaikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dimana ketika bayi baru lahir, dalam keadaan masih berlendir langsung diletakan diatas tubuh ibunya untuk kemudian dirangsang mencari putting susu ibunya. Salah satu manfaat proses IMD ini adalah akan ada paparan dengan bakteri yang ada pada kulit ibu kepada bayi, dan saat bayi menjilat-jilat kulit ibu untuk mencari puting susu, bakteri ini akan tertelan dan berkembang biak membentuk koloni di usus dan kulit bayi. Koloni bakteri ini akan melindungi bayi dari bakteri jahat yang ada dilingkungan luar. Rencananya anak kedua saya mau melakukan IMD. Kalau anak pertama dulu belum tahu, hanya tetap saya berikan ASI ekslusif 6 bulan dan diteruskan sampati 2 tahun.

mandi hujan
sumber: kompasiana
Jadi sangat disayangkan kalau ada orang tua yang rela bayar mahal vaksin imunisasi namun tidak pernah memberikan ASI yang sebenarnya adalah pembentuk imunitas paling baik. Terlalu protektif terhadap paparan lingkungan anak juga justru membuat anak menjadi lebih rentan sakit. Kena hujan dikit langsung pusing karena tubuh tidak pernah punya “data” antibodi terhadap hujan. Ada kucing lewat langsung alergi karena tubuh tidak tahu bagaimana mengatasi paparan dari hewan berbulu. Dan biasanya kalau pengidap asma itu sangat anti pada kucing, pernah saya melihat ada penderita asma yang jika dekat kucing langsung sesak nafas. Padahal jika sedari usia dibawah satu tahun penderita asma itu dipaparkan dengan kucing, mungkin tubuhnya yang ketika itu masih “kreatif” menciptakan antibodi akan membuat penangkal alergennya, sehingga ketika sudah besar tubuhnya akan lebih tahan terhadap paparan alergi dari bulu kucing.

Tulisan ini bukan berarti saya mengajak orang tua untuk tidak mengimunisasi anaknya, tapi sekedar membuka pikiran bahwa di alam ini sebenarnya telah disediakan Allah berbagai macam “obat” asal kita mau berinteraksi dengannya seperti orang-orang jaman dulu yang tetap kuat dan sehat sampai usia lanjut karena hidup dengan alam sejak dini. Kombinasi antara pemberian ASI, interaksi dengan alam dan vaksin sintetis tentu lebih baik dalam membentuk antibodi dalam tubuh anak.

Semoga tulisan ini bermanfaat :)

Baca Juga

Komentar

Posting Komentar

Jika berkenan, kamu bisa memberikan komentar disini, dan jika kamu punya blog, saya akan kunjung balik. (Isi komentar diluar tanggung jawab kami).

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Nonton Ayat-ayat Cinta

Coz webnya kakbayu nggak bisa dibuka ya udah jadinya saya krm in email aja, saya mo cerita nich... Hari jumat yang lalu saya nonton ayat2 cinta bareng ama temen, dan Subhanalloh, mata saya bengkak gedhe banget sekeluarnya dari bioskop, dan bengkak itu 2 hari baru bisa kempes, he he he he he. Sebenarnya saya nangis bukan karena jalan ceritanya, bukan karena Fahri yang begitu sempurna seperti halnya Aisha baik agama maupun hati dan akhlaknya, bukan juga karena nasib Maria yang begitu malang. Tapi ada dua adegan yang sampai sekarang kalo diinget saya masih tetep nangis.

Begini cara hitung skor PPDB Zonasi Sekolah Dasar Negeri Kota Depok Tahun 2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Depok tahun ini rupanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2024 ini PPDB dilaksanakan secara terintegrasi dari TK Negeri, SD Negeri dan SMP Negeri. Tahun ini pun persyaratan Kartu Keluarga (KK) Kota Depok yang terbitnya setidaknya sudah 1 (satu) tahun pun menjadi persyaratan mutlak. Tujuannya tentu saja menyaring agar calon peserta didik yang mendaftar di sekolah negeri dibawah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah benar-benar warga Depok, yang telah memiliki KK dan tinggal di Depok setidaknya 1 (satu) tahun. Jika tidak, maka tombol opsi untuk melakukan pendaftaran tidak dapat di tekan. Tujuannya memang positif, dimana Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan prioritas kepada warga Depok untuk dapat bersekolah di kotanya sendiri dan sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya sesuai KK. Namun dampaknya untuk Sekolah Dasar Negeri banyak calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun keatas tidak dapat masuk sekolah dikarenakan K...

Guru Malas Menulis, Murid Malas Membaca: Tantangan dan Solusi Pendidikan

Dalam era digital yang serba cepat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang tak terelakkan: penurunan minat guru dalam menulis dan menurunnya minat siswa dalam membaca. Fenomena ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Artikel ini akan mengupas penyebab, dampak, dan solusi dari masalah ini. Penyebab Guru Malas Menulis 1. Beban Kerja yang Tinggi: Guru sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, mulai dari mengajar, menyiapkan materi, hingga mengurus administrasi. Hal ini menyisakan sedikit waktu dan energi untuk menulis. 2. Kurangnya Motivasi: Beberapa guru mungkin merasa tidak ada insentif atau penghargaan yang cukup untuk menulis, baik dalam bentuk artikel ilmiah, buku, atau bahkan materi pembelajaran yang inovatif. 3. Teknologi dan Sumber Daya: Keterbatasan akses ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menulis, seperti komputer dan akses internet yang stabil, juga bisa menjadi kendala.