Langsung ke konten utama

Gak usah gengsi lahiran di Puskesmas

puskesmas beji
Puskesmas Beji (sumber internet)
Sebagai peserta Asuransi BPJS non PBI (mandiri) yang selalu lancar membayar iuran tiap bulannya tanpa pernah nunggak sekalipun (Alhamdulillah), tentu saya ingin mendapatkan manfaat dari “kartu sakti” tersebut semaksimal mungkin, apalagi iurannya sudah naik dan saya termasuk yang terkena naiknya iuran Asuransi BPJS.

Kebetulan istri lagi hamil, awalnya kami periksa ke bidan sekitar rumah setelah melakukan survey bisik-bisik tetangga tentang bidan yang bagus dan murah harganya :) Jatuhlah pilihan pada seorang bidan dengan biaya persalinan 800ribu (normal tanpa tindakan) plus akta lahir.

Namun, pada pemeriksaan kesekian kali, saya membawa istri ke Puskesmas Beji dengan memanfaatkan Asuransi BPJS tujuannya untuk mendapatkan second opinion tentang kehamilan istri. Dan di Puskesmas yang sudah beroperasi 24 jam serta memiliki fasilitas poned, kami ditawarkan untuk melahirkan di Puskesmas tersebut saja.

Oke, saya sepakat sama istri kalau Puskesmas Beji adalah tujuan utama untuk lahiran, namun jika keadaan mendesak dan gak keburu, ya terpaksa ke bidan dekat rumah. Saya tanya-tanya ke Puskesmas Beji bagaimana cara lahiran disana dengan menggunakan BPJS, apakah perlu mendaftar dulu? Ternyata tidak, langsung datang saja kalau sudah merasa mau lahiran. Kebetulan Faskes 1 saya di Puskesmas Beji.

Sudah masuk bulannya, saya sudah atur strategi dan berharap semoga saya berada dirumah ketika istri mau lahiran. Pada jam 22.00 hari Sabtu (10/9), istri mulai mulas-mulas dan muncul bercak. Ini pertanda akan segera lahiran dengan durasi kurang lebih 2-4 jam kedepan. Segera saya berkemas dan membawa istri menggunakan sepeda motor dengan jarak yang cukup jauh juga, kurang lebih waktu tempuh dengan kecepatan sedang (karena membawa istri sedang hamil) selama 30 menit. Sampai disana jam 22.30.

Segera istri masuk ruang tindakan dan diperiksa. Setelah diperiksa, istri dipindahkan keruang pemulihan dan akan diperiksa 4 jam kemudian. Istri disuruh istirahat dulu. Ruangannya cukup bagus, alat persalinannya cukup lengkap dan ada ambulance yang selalu stand by jika-jika ada keadaan darurat akan dirujuk kerumah sakit. Itulah makanya ambulance merupakan salah satu perhitungan saya untuk tempat lahiran. Harus ada kendaraan untuk transportasi gawat darurat.

Menjelang jam 02.00 pada hari Minggu (11/9) istri kembali kontraksi lagi, segera saya panggil bidan dan asistennya. Jadi yang menangani lahiran istri saya total berjumlah 2 wanita. Keduanya sangat baik melayani dan memanggil istri dengan panggilan “sayang.” Ini tentu membantu mengurangi stress pasien saat akan melahirkan. Sekali lagi, keduanya melayani dengan sepenuh hati :)

Tepat jam 02.00 lahirlah putri kami yang kedua dan langsung dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Sambil IMD, istri dibersikan dan diurusi plasentanya, kemudian disuntik dan diberikan obat. Sedangkan bayinya kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B.

Esok paginya, saya baru diminta untuk menyiapkan berkas-berkas BPJS, diantaranya:
- Copy KTP suami-istri (3)
- Copy kartu BPJS istri (3)
- Copy KK (3)
- Copy Akta Nikah (3)
- Copy Buku KIA bagian Biodata dan riwayat pemeriksaan (3)
- Dan ada sebuah lembaran dari Puskesmas yang hasur di copy rangkap 3 pula (saya lupa namanya)
- Ada pula 1 bundel dokumen dari Puskesmas Beji yang harus kita Copy rangkap 5.

Semua diserahkan ke petugas di ruang poned untuk diteruskan ke BPJS. Dengan begitu, manfaat melahirkan dengan menggunakan Asuransi BPJS dapat kita rasakan, alias semua biaya ditanggung, dan melahirkan di Puskesmas selain murah juga bagus pelayanannya. Jadi bagi yang punya Asuransi BPJS, ayo coba lahiran di Puskesmas yang ada fasilitas poned tentunya.

Setelah lahir, tentunya saya harus mendaftarkan juga anak saya ini ke BPJS. Nanti saya posting lagi apa aja syarat mendaftarkan anak yang baru lahir ke BPJS.

nb: foto menyusul ya, udah dini hari :)

Baca Juga

Komentar

  1. Terimakasih banyak sharingnya om, lagi persiapan lahiran anak pertama :D semoga lancar...

    BalasHapus

Posting Komentar

Jika berkenan, kamu bisa memberikan komentar disini, dan jika kamu punya blog, saya akan kunjung balik. (Isi komentar diluar tanggung jawab kami).

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Nonton Ayat-ayat Cinta

Coz webnya kakbayu nggak bisa dibuka ya udah jadinya saya krm in email aja, saya mo cerita nich... Hari jumat yang lalu saya nonton ayat2 cinta bareng ama temen, dan Subhanalloh, mata saya bengkak gedhe banget sekeluarnya dari bioskop, dan bengkak itu 2 hari baru bisa kempes, he he he he he. Sebenarnya saya nangis bukan karena jalan ceritanya, bukan karena Fahri yang begitu sempurna seperti halnya Aisha baik agama maupun hati dan akhlaknya, bukan juga karena nasib Maria yang begitu malang. Tapi ada dua adegan yang sampai sekarang kalo diinget saya masih tetep nangis.

Begini cara hitung skor PPDB Zonasi Sekolah Dasar Negeri Kota Depok Tahun 2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Depok tahun ini rupanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2024 ini PPDB dilaksanakan secara terintegrasi dari TK Negeri, SD Negeri dan SMP Negeri. Tahun ini pun persyaratan Kartu Keluarga (KK) Kota Depok yang terbitnya setidaknya sudah 1 (satu) tahun pun menjadi persyaratan mutlak. Tujuannya tentu saja menyaring agar calon peserta didik yang mendaftar di sekolah negeri dibawah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah benar-benar warga Depok, yang telah memiliki KK dan tinggal di Depok setidaknya 1 (satu) tahun. Jika tidak, maka tombol opsi untuk melakukan pendaftaran tidak dapat di tekan. Tujuannya memang positif, dimana Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan prioritas kepada warga Depok untuk dapat bersekolah di kotanya sendiri dan sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya sesuai KK. Namun dampaknya untuk Sekolah Dasar Negeri banyak calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun keatas tidak dapat masuk sekolah dikarenakan K...

Guru Malas Menulis, Murid Malas Membaca: Tantangan dan Solusi Pendidikan

Dalam era digital yang serba cepat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang tak terelakkan: penurunan minat guru dalam menulis dan menurunnya minat siswa dalam membaca. Fenomena ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Artikel ini akan mengupas penyebab, dampak, dan solusi dari masalah ini. Penyebab Guru Malas Menulis 1. Beban Kerja yang Tinggi: Guru sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, mulai dari mengajar, menyiapkan materi, hingga mengurus administrasi. Hal ini menyisakan sedikit waktu dan energi untuk menulis. 2. Kurangnya Motivasi: Beberapa guru mungkin merasa tidak ada insentif atau penghargaan yang cukup untuk menulis, baik dalam bentuk artikel ilmiah, buku, atau bahkan materi pembelajaran yang inovatif. 3. Teknologi dan Sumber Daya: Keterbatasan akses ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menulis, seperti komputer dan akses internet yang stabil, juga bisa menjadi kendala.