Kebetulan kemarin dari tanggal 24 - 26 Desember dapat libur 3 hari yang menurut saya harus dimanfaatkan untuk nyenengin keluarga. Maklum, sebagai tenaga honorer yang bekerja di instansi pemerintah, justru saya susah dapat libur karena banyak megang kerjaan alias borongan. Disaat beberapa PNS sudah menikmati libur akhir tahun. Nah ini ada kesempatan, rencana sih mau ajak jalan ke puncak Bogor, karena dalam 2 bulan terakhir saya sudah bolak-balik ke puncak untuk urusan kerjaan, istri kepingin juga diajak ke puncak, mau beli oleh-oleh di depan hotel Parama.
Okelah kita ke puncak, kebetulan 2 hari sebelumnya saya habis ada acara menginap di Hotel Pesona Anggraini, pulang istirahat sehari, kemudian berangkat lagi kali ini dengan istri, anak saya yang berusia 6 tahun dan adiknya yang baru berusia 3 bulan. Naik apa? Naik motor Honda Fit X 100cc keluaran tahun 2008. Apa kuat ya motor yang sudah cukup tua dengan mesin kecil dinaiki 4 orang untuk nanjak di puncak? Mengingat berat saya dan istri diatas 70Kg, belum beban tas berisi pakaian karena berencana mau menginap semalam disana. Memang sih motor belum pernah turun mesin dan bagian dalam mesinnya masih "perawan ting-ting." Mulai dari rantai kamprat, kanvas kopling, dan lainnya masih orisinil dari pabriknya.
Si Jangkrik (motor saya) saya persiapkan, saya cuci dulu malam sebelum berangkat. Starternya saya perbaiki, selama ini starter error dan ternyata bukan dinamonya yang rusak ataupun akinya yang soak, tapi tombolnya yang sudah terlalu tua, jadi getas. Masa di puncak mau menghidupkan mesin harus pakai engkol?
Kebetulan oli baru diganti di awal November dengan oli pavorit saya Castrol Active 20w50 , jadi umur oli masih baru 2 bulan kurang.
Bangun pagi, sholat shubuh, sebelum berangkat sedekah dulu lewat PKPU dan minta pada Allah agar perjalanan kami diberikan keselamatan. Kan sedekah bisa menolak bala. Bismillah, serahkan semua pada Allah :) Namanya bawa keluarga, apalagi ada bayi 3 bulan, tentu harus meminta keselamatan ekstra. Kartu BPJS semua dibawa untuk berjaga-jaga, Bodrex Migra, Procold, Alofar biar sendi gak sakit, Simvastatin (karena disana rencana makan enak-enak), sampai Antasida dan Ranitidine. Semua sudah siap, lets touring !
Jam 06.00 sudah start, agak kesiangan memang, indikator bensin merah alias sudah tiris. Masih dekat rumah isi pertamax 20 ribu. Si Jangkrik memang gak pernah minum premium lagi selama beberapa tahun terakhir, selalu pakai pertamax meskipun cuma motor 100cc, paling-paling kalau gak ada pertamax ya pakai pertalite. Kalau pakai premium Si Jangkrik jadi ngos-ngosan mesinnya, apalagi ini mau nanjak kepuncak. Setelah isi bensin, kok sepertinya ada gangguan di bagian depan, tok...tok...tok... dengan tempo teratur. Kenapa ini? Masih disekitaran Citayam saya berhenti, cek ban ternyata benjol. Rupanya ban depan saya menabrak lubang dengan keras, jadi benjol. Padahal ban masih baru dan kembangnya masih sexy. Mau gak mau ganti ban luar, daripada acara batal. Kalau ban dalam inshaAllah sudah lebih tahan bocor, saya isikan dengan produk Dant. Dan selama ban dalam saya diisi Dant, belum pernah bocor sampai sekarang, kira-kira saya isi Dant sudah setahun. Padalah dulu sebelum pakai Dant, pernah sampai 2 kali bocor sehari, bikin stress dorong-dorong motor terus cari tukang tambal ban.
Selesai ganti ban dengan merk IRC, saya melanjutkan perjalanan dengan aman dan nyaman. Oh iya, sebelumnya si Jangkrik saya ganti spionnya dengan spion ukuran besar, ori punya motor laki Honda. Karena kalau ke puncak yang diutamakan safety, maka spion harus berfungsi dengan baik. Kalau buat harian sih biasanya cuma spion kecil saja.
Penghentian pertama, disekitar Gadog, makan bubur Cirebon eh Cianjur sambil ngademin mesin dan bokong. Jujur aja, nih bubur rasanya asing buat saya, karena kalau di Depok tuh kebanyakan bubur ayam Cirebon. Jadi pas makan bubur ayam Cianjur, rasanya gimana gitu, tapi untungnya anak saya suka dan makan cukup banyak. Ya okelah :)
Lanjut jalan lagi, sudah mulai menanjak dan berliku-liku. Target berhentinya di masjid At Taawun. Nah disini saya lama istirahat, makan dan nge-teh, sambil ambil gambar arsitektur bangunan masjid ini. Saya sampai sekitar jam 9.30, karena memang saya jalannya pelan-pelan asal selamat.
Setelah sholat Dzuhur berjamaah, saya lanjutkan untuk mencari tempat menginap. Daripada bingung, saya buka web Traveloka, cari hotel dengan memilih lokasi disekitar saya berada. Budgetnya dibawah 500 ribu. Akhirnya pilihan jatuh ke hotel Arwana Safari, langsung bayar via BNI mobile banking, gak lama SMS masuk ke HP Microsoft saya dan ke email voucher booking hotel tersebut. Berangkat ke hotel yang letaknya jauh dibawah. Nah disini saya baru menyadari kesalahan saya, maklum baru sekali yang namanya naik motor ke puncak, biasanya naik bus yang disupiri orang. Kesalahan saya adalah, seharusnya saya booking hotel dulu, taruh barang bawaan, baru keliling naik keatas. Jadi pas naik gak bawa barang-barang berat. Pelajaran !
Setelah chek in, isitirahat, makan siang. Jam 15 bada Ashar, kembali kami naik keatas. Udara sudah mulai dingin, sempatkan minum kopi di warung kopi yang berada ditepi jurang. Nikmat banget ! Istri minum bandrek dan si Ayesha jajan snack. Sementara si Arafah mimi ASI.
Lanjut naik lagi kali ini melewati At Taawun, sampai ke Puncak perbatasan Bogor-Cianjur. Main-main dikebun teh, pikiran tenang banget, seperti jauh dari hiruk pikuk dunia. Jam 17.15 kembali turun menuju hotel, karena kalau sudah gelap takutnya kurang aman saja. Mengingat si Jangkrik gak dibekali dengan lampu sorot atau lampu-lampu warna-warni agar lebih eye catching. Salah-salah diseruduk bus. Udah gitu udara semakin dingin, Ayesha aja sampai menggigil padahal sudah pakai jaket dan rompi pelindung dada. Arafah sudah dibungkus dengan baju tebal dan didalam jilbab istri yang panjang.
***belum diterusin tulisannya, gambarnya juga belum di upload***
***belum diterusin tulisannya, gambarnya juga belum di upload***
Komentar
Posting Komentar
Jika berkenan, kamu bisa memberikan komentar disini, dan jika kamu punya blog, saya akan kunjung balik. (Isi komentar diluar tanggung jawab kami).