Langsung ke konten utama

Portofolio Akhir Maret 2018

Yuk Nabung SahamBulan maret adalah bulan yang penuh dengan nuansa merah, dimana IHSG terus meroket tapi arah roketnya tidak keatas, melainkan kebawah. Aksi jual asing pada saham-saham blue chip begitu derasnya, apalagi dibumbui dengan berita perang dagang antara AS dan Cina dan memerahnya bursa-bursa saham dunia serta sentimen terhadap suku bunga The Fed dan wara-wiri berita lainnya yang sebenarnya saya juga kagak ngerti-ngerti banget pengaruhnya secara langsung terhadap bursa saham Indonesia, kok bisa ... He..he..

Yang pasti portofolio saya semakin dalam meruginya, saat ini posisi modal dengan aset saya loss -12,11% sudah tembus dari 10% dan saya sendiri sudah banyak membuang saham-saham dan hanya menyisakan 3 buah saham saja yaitu INDF, TLKM dan GIAA dengan posisi harga sebagai berikut:

Yuk Nabung Saham

Semuanya dalam kondisi "tertidur nyenyak" dan sepertinya saya akan hold terus dalam jangka panjang, mengingat saham-saham itu (TLKM dan INDF) adalah saham yang fundamentalnya bagus dalam jangka panjang masih diyakini akan naik lagi dan sambil nunggu deviden juga.

Lalu mengapa saya masih menyimpan saham GIAA? Padahal saat ini Garuda Indonesia dalam keadaan merugi? Pertama, sebagai bentuk nasionalisme saya sebagai bangsa Indonesia yang bangga dengan maskapai milik bangsa sendiri. Cikal bakal Garuda adalah hasil pengorbanan saudara-saudara kita di Aceh yang merelakan hartanya untuk membelikan bangsa ini sebuah pesawat Dakota C47. Pesawat ini selain membantu perjuangan juga kemudian menjadi sumber penghasilan bagi negara dan akhirnya bisa membeli 2 buah pesawat lagi.

Bung Karno kala itu berpidato: “Negara kita dalam keadaan gawat, pihak Belanda terus mendirikan negara-negara bonekanya di pulau Jawa dan Sumatera. Ruang gerak kita dipersempit dan sekarang hanya daerah Aceh satu-satunya wilayah Rl masih utuh yang tidak diduduki militer Belanda. Aceh menjadi penting sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan kedudukan dan cita-cita bangsa lndonesia. Karena itulah saya namakan Aceh sebagai Daerah Modal, modal untuk melanjutkan perjuangan dan cita-cita kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.”

Kedua, saya yakin suatu saat jika Garuda menemukan orang yang tepat untuk mengelolanya dan pemerintahan yang mampu bekerja baik, Garuda akan kembali terbang tinggi dan menjadi maskapai yang memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia dan tentu bagi pemegang sahamnya he...he...

Komposisi porofolio saya saat ini seperti pada grafik berikut:

Yuk Nabung Saham

Karena pasar masih kurang kondusif, lebih baik pegang uang tunai saja, lebih menentramkan. Kemudian kedepannya saya juga akan mengurangi frekuensi transaksi dan sambil terus belajar mengasah pengetahuan, keterampilan dan wawasan dalam dunia pasar modal ini.

Apakah saya kapok sudah merugi kehilangan 12% lebih dari modal? Tentu tidak, setiap usaha harus ada kehilangan modal sampai kemudian mencapai BEP, setelah itu barulah mulai memberikan laba.

Misal kita ingin membuat usaha sabun herbal zaitun dengan modal 10 juta. Maka kita harus invest untuk membeli bahan baku, mesin pembuat sabun, dan kemasan. Maka saat itu modal kita loss 10 juta menjadi bentuk aset yang nilainya akan terus menurun. Kemudia kita memulai produksi, lalu menjual sabun herbal zaitun tersebut, perlahan namun pasti ada keuntungan yang masuk sampai akhirnya kita sampai pada titik impas (BEP), setelah itu barulah kita meraih laba (profit) dan aset kita terus berkembang. Semua bisnis alurnya seperti itu, investasi > loss > BEP > Profit.

Nah dalam saham pun demikian, utamanya kita invest pengalaman dan pengetahuan, jadi anggap saja loss kita adalah untuk biaya itu, untuk mencari pengalaman, dan pengalaman adalah guru yang paling baik dalam kehidupan. Terimakasih :)

Baca Juga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Nonton Ayat-ayat Cinta

Coz webnya kakbayu nggak bisa dibuka ya udah jadinya saya krm in email aja, saya mo cerita nich... Hari jumat yang lalu saya nonton ayat2 cinta bareng ama temen, dan Subhanalloh, mata saya bengkak gedhe banget sekeluarnya dari bioskop, dan bengkak itu 2 hari baru bisa kempes, he he he he he. Sebenarnya saya nangis bukan karena jalan ceritanya, bukan karena Fahri yang begitu sempurna seperti halnya Aisha baik agama maupun hati dan akhlaknya, bukan juga karena nasib Maria yang begitu malang. Tapi ada dua adegan yang sampai sekarang kalo diinget saya masih tetep nangis.

Begini cara hitung skor PPDB Zonasi Sekolah Dasar Negeri Kota Depok Tahun 2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Depok tahun ini rupanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2024 ini PPDB dilaksanakan secara terintegrasi dari TK Negeri, SD Negeri dan SMP Negeri. Tahun ini pun persyaratan Kartu Keluarga (KK) Kota Depok yang terbitnya setidaknya sudah 1 (satu) tahun pun menjadi persyaratan mutlak. Tujuannya tentu saja menyaring agar calon peserta didik yang mendaftar di sekolah negeri dibawah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah benar-benar warga Depok, yang telah memiliki KK dan tinggal di Depok setidaknya 1 (satu) tahun. Jika tidak, maka tombol opsi untuk melakukan pendaftaran tidak dapat di tekan. Tujuannya memang positif, dimana Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan prioritas kepada warga Depok untuk dapat bersekolah di kotanya sendiri dan sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya sesuai KK. Namun dampaknya untuk Sekolah Dasar Negeri banyak calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun keatas tidak dapat masuk sekolah dikarenakan K...

Guru Malas Menulis, Murid Malas Membaca: Tantangan dan Solusi Pendidikan

Dalam era digital yang serba cepat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang tak terelakkan: penurunan minat guru dalam menulis dan menurunnya minat siswa dalam membaca. Fenomena ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Artikel ini akan mengupas penyebab, dampak, dan solusi dari masalah ini. Penyebab Guru Malas Menulis 1. Beban Kerja yang Tinggi: Guru sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, mulai dari mengajar, menyiapkan materi, hingga mengurus administrasi. Hal ini menyisakan sedikit waktu dan energi untuk menulis. 2. Kurangnya Motivasi: Beberapa guru mungkin merasa tidak ada insentif atau penghargaan yang cukup untuk menulis, baik dalam bentuk artikel ilmiah, buku, atau bahkan materi pembelajaran yang inovatif. 3. Teknologi dan Sumber Daya: Keterbatasan akses ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menulis, seperti komputer dan akses internet yang stabil, juga bisa menjadi kendala.