Langsung ke konten utama

Untung Rugi Investasi Saham

investasi
Banyak orang yang "takut" jika diajak untuk berinvestasi, apalagi investasi saham yang kedengarannya sudah negatif saja di tengah masyarakat. Orang lebih suka berinvestasi dengan misalnya membeli unit link (asuransi plus investasi), padahal jika mereka tahu, yang dilakukan banyak perusahaan penerbit unit link adalah menginvestasikan dana nasabahnya di pasar modal juga dalam bentuk saham, surat hutang dan juga deposito. Selain mungkin ada yang disalurkan dalam bentuk kredit usaha.

Banyak orang yang juga lebih tertarik diajak meminjam uang alias kredit ke bank maupun leasing, meskipun bunga yang harus ditanggungnya cukup besar dan bisa membuat keuangan keluarga terganggu.

Keuntungan Investasi Saham

Ada beberapa keuntungan bagi investor saham, diantaranya:
  1. Mendapatkan capital gain, yaitu potensi keuntungan dari selisih kenaikan harga saham dengan harga belinya. Jika kita belum mau menjual saham saat harganya sedang naik, artinya kita baru mendapatkan potensi keuntungan, jika kita menjualnya maka kita merealisasikan keuntungan itu.
  2. Mendapatkan dividen, yaitu "bonus" yang dibayarkan perusahaan sesuai dengan lembar saham yang kita pegang. Bonus biasanya dalam bentuk uang, namun ada juga yang mendapatkan lembar saham.
  3. Bisa ikut Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), meskipun kamu hanya memiliki 100 lembar saham (1 lot), kamu bisa mengikuti RUPS sebagai pemilik perusahaan, tentu porporsi kepemilikannya sesuai saham yang kita pegang. Lalu apa kentungan ikut RUPS? Ya setidaknya dapat makan siang gratis, souvenir dan bisa selfie-selfie gitu 😤

Kerugian Investasi Saham

Ada beberapa kerugian yang dapat menimpa seorang investr saham, diantaranya:
  1. Capital loss, jika harga saham saat ini lebih rendah dari harga saham saat kita membeli, maka kita berpotensi mengalami kerugian. Namun masih berpotensi, apabila kita tidak menjual saham saat sedang merugi, maka kita belum dikatakan mrealisasikan kerugian.
  2. Suspensi dampai delisting dari bursa, dimana saham yang kita miliki tidak dapat diperdagangkan (suspen) sampai dikeluarkan dari bursa (delisting) karena kinerja perusahaannya sangat buruk.
  3. Perusahaan terkena likuidasi (dibubarkan) di karenakan sudah tidak mampu memenuhi kewajibannya, dengan kata lain bangkrut.
Ternyata cukup menarik juga melihat keuntungan-keuntungan yang bisa didapatkan para investor saham, namun kerugiannya juga cukup mengerikan. Itulah salah satu prinsip dasar investasi, High risk high return ! Semakin tinggi resiko, semakin tinggi pula pengembalian. Atau bisa dibalik, kalau mau dapat untung besar, harus siap menanggung rugi yang besar juga. Kalau ingin memancing ikan yang besar, tentu umpannya juga harus besar, gak mungkin kan ingin mancing ikan dilaut tapi umpannya cacing tanah?!

Keuntungan Tidak Dapat Diraih Dalam Semalam

Perusahan bekerja siang malam menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Produk-produk ini kemudian dijual ke masyarakat dan menghasilkan keuntungan. Proses ini berjalan terus menerus, sehingga perusahaan dapat mengumpulkan keuntungan yang semakin besar. Namun adakalanya penjualan tersebut menurun dikarenakan berbagai macam faktor, sehingga keuntungan perusahaan juga ikut menurun. Kenaikan maupun penurunan laba perusahaan berkaitan dengan bertumbuh atau menurunnya aset suatu perusahaan. Nah besaran aset inilah yang diwakilkan oleh lembar-lembar saham. Sehingga ketika perusahaan memiliki kinerja baik, labanya terus bertumbuh, asetnya pun juga akan terus bertumbuh, maka harga saham perusahaan tersebut secara intrinsik (fundamental) akan terus naik.

Begitupun sebaliknya, jika kinerja perusahaan jeblok, laba menurun terus atau malah nombok alias merugi, otomatis aset perusahaan juga tergerus dan menurun. Secara fundamental harga saham tersebut akan turun. Namun kedua proses ini tidak dapat terjadi dalam semalam, ada indikator-indikator fundamental yang harus kita perhatikan. Sehingga ketika kita melihat bahwa indikator sebuah perusahaan positif, maka kita bisa terus memegang bahkan menambah kepemilikan kita pada perusahan tersebut. Jika sebaliknya, indikator menunjukan kondisi yang memburuk, maka kitapun harus segera mengambil keputusan dan mengantisipasi kerugian.

Perusahaan Besar Tidak Mungkin Bangkrut Dalam Semalam

Bagaimana jika perusahaan yang saya beli sahamnya bangkrut? Ini adalah pertanyaan kebanyakan orang yang khawatir akan kerugian jika perusahaan dimana dia membeli sahamnya merugi dan bangkrut. Sebenarnya kita tidak perlu khawatir, karena sebuah perusahaan didirikan untuk bisa bertahan selama mungkin, selama-lamanya. Umur perusahaan itu jauh lebih lama dari umur pendirinya, atau umur kita sebagai manusia. Banyak orang yang begitu percaya diri memberikan modal kepada teman, saudara atau orang lain yang dikenalnya untuk membuka usaha, padahal itu resikonya jauh lebih tinggi ketimbang anda membeli saham sebuah perusahaan besar. Saya akan kasih contoh kasusnya:

Sebutlah teman anda ingin berjualan bakso keliling, lalu dia menawarkan kepada anda jika ingin ikut memberi modal kepadanya, alias investasi pada usaha bakso kelilingnya. Anda kemudian menginvestasikan uang kepada teman anda dan digabung dengan uang teman anda sendiri lalu dijadikan modal usaha bakso keliling.

Dalam hal ini, anda pemegang saham (komisaris) dan teman anda yang menjalankan usaha (direktur) merangkap komisaris juga karena teman anda juga memiliki modal. Berangkatlah teman anda untuk jualan, anda dirumah menunggu dengan gembira, membayangkan bahwa dagangan baksonya laris manis, sehingga ketika tiba waktunya anda akan mendapat share keuntungan. Tiba-tiba saja teman ada datang kepada anda dengan wajah kusut, rupanya gerobak baksonya hancur berantakan karena tertabrak mobil ketika sedang menyeberang jalan. Semua dagangannya rusak dan tidak satu mangkok bakso pun terjual. Artinya apa? Usaha anda dan teman anda terancam atau malah sudah bangkrut. Anda harus menyuntikan modal lagi agar usahanya dapat berjalan lagi. Tentu anda sekarang berpikir dua kali.

Bandingkan jika anda membeli sebuah saham dari perusahaan besar, sebut saja Telkom Indonesia (TLKM). Hari ini anda membeli saham tersebut, kemudian anda mulai berpikir akan menjualnya saat sudah naik tinggi, tepatnya saat anak anda yang masih balita sudah mulai masuk kuliah.

Malam hari, anda masih menelepon dan nonton televisi kabel menggunakan jasa dari perusahaan Telkomsel. Esok hari, saat anda terbangun dari tidur, anda mencoba mengecek pesan pada aplikasi Whatsapp, namun anda heran, mengapa sinyal Telkomsel tidak muncul di pojok kanan atas smartphone anda. Lalu anda menyalakan TV kabel Indihome, kok tidak ada siaran sama sekali. Anda tanya istri anda, mengapa hari ini tidak ada sinyal Telkomsel dan Indihome pun tak menyiarkan televisi berlangganan? Istri anda menjawab, "Memang ayah tidak tahu? Tadi pagi mama melihat di televisi, berita tentang perusahaan Telkom yang sudah bangkrut pah !" Mendengar itu anda kemudian gemetaran dan berteriak-teriak membayangkan kehilangan uang anda, sampai kemudian ada yang menguncang-guncang tubuh anda, oh tenyata ini cuma mimpi. Lalu anda terbangun, mengambil smartphone anda dan menyalakan layanan tv berlangganan Indihome, semua normal-normal saja. Sekali lagi, rupanya ini hanya mimpi, tak mungkin perusahaan sebesar Telkom bisa bangkrut dalam semalam.

Itulah kelebihan berinvestasi pada perusahaan yang sudah besar, yang memiliki manajemen resiko yang baik, yang didirikan untuk beroperasi selama-lamanya. Tidak mungkin ada perusahaan sebesar itu yang bisa bangkrut dalam semalam. Jikapun akan bangkrut, indikator-indikatornya dapat kita lihat jauh-jauh hari. Sekarang, apakah anda masih berpikir bahwa memberi modal kepada teman untuk membuka usaha tidak lebih beresiko ketimbang membeli sebuah saham perusahaan besar?

Kembali ke prinsip dasar investasi, high risk high return, memberi modal kepada teman anda untuk membuka usaha resikonya lebih besar, namun tentu keuntungan juga lebih besar. Jika usahanya lancar, tentu pembagian hasil usahanya lebih tinggi ketimbang membeli saham Telkom. Tapi kalau teman anda rugi, maka kerugian itu akan cepat bagi anda untuk ikut menanggungnya. Saya sendiri pernah mengalaminya, ketika memberikan modal pada teman dan usahanya gagal, yang terjadi adalah hutang-piutang yang cukup sulit untuk diselesaikan.

Sedangkan untuk jangka panjang tentu lebih menarik menginvestasikan uang anda dalam perusahaan besar yang dijalankan oleh orang-orang profesional seperti Telkom, meskipun pembagian hasil (dividen) lebih kecil, tapi kelangsungan usaha lebih terjamin, kejujuran para pengelolanya yang juga selalu diawasi lembaga pengawas, dan prospek usahanya masih dapat terus berkembang.

Namun disini bukan berarti saya melarang anda untuk membuka usaha patungan dengan teman, cuma saya hanya ingin menjawab pertanyaan orang-orang yang berkata: "Saya takut membeli saham perusahaan karena khawatir perusahaan itu bangkrut" Artinya untuk membuat bangkrut sebuah perusahan besar tidak mungkin bisa terjadi dalam waktu semalam. Berbeda jika anda membuka usaha kecil-kecilan, lalu terkena musibah (force majeure), maka usaha yang kecil akan rentan untuk merugi dan terlikuidasi (bubar), belum lagi jika modal anda dibawa kabur, itu juga salah satu resiko yang harus kita pertimbangkan.

Itulah sedikit gambaran tentang untung ruginya berinvestasi dalam instrumen investasi saham, tentu tulisan ini masih banyak kekurangannya. Tulisan ini memang saya buat khusus untuk newbie, untuk membuka cakrawala berpikir dan pengetahuan khususnya tentang investasi saham. Kalau anda sudah expert, mungkin bisa memberikan masukan pada kolom komentar untuk kita belajar bersama.

Baca Juga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Nonton Ayat-ayat Cinta

Coz webnya kakbayu nggak bisa dibuka ya udah jadinya saya krm in email aja, saya mo cerita nich... Hari jumat yang lalu saya nonton ayat2 cinta bareng ama temen, dan Subhanalloh, mata saya bengkak gedhe banget sekeluarnya dari bioskop, dan bengkak itu 2 hari baru bisa kempes, he he he he he. Sebenarnya saya nangis bukan karena jalan ceritanya, bukan karena Fahri yang begitu sempurna seperti halnya Aisha baik agama maupun hati dan akhlaknya, bukan juga karena nasib Maria yang begitu malang. Tapi ada dua adegan yang sampai sekarang kalo diinget saya masih tetep nangis.

Begini cara hitung skor PPDB Zonasi Sekolah Dasar Negeri Kota Depok Tahun 2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Depok tahun ini rupanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2024 ini PPDB dilaksanakan secara terintegrasi dari TK Negeri, SD Negeri dan SMP Negeri. Tahun ini pun persyaratan Kartu Keluarga (KK) Kota Depok yang terbitnya setidaknya sudah 1 (satu) tahun pun menjadi persyaratan mutlak. Tujuannya tentu saja menyaring agar calon peserta didik yang mendaftar di sekolah negeri dibawah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah benar-benar warga Depok, yang telah memiliki KK dan tinggal di Depok setidaknya 1 (satu) tahun. Jika tidak, maka tombol opsi untuk melakukan pendaftaran tidak dapat di tekan. Tujuannya memang positif, dimana Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan prioritas kepada warga Depok untuk dapat bersekolah di kotanya sendiri dan sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya sesuai KK. Namun dampaknya untuk Sekolah Dasar Negeri banyak calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun keatas tidak dapat masuk sekolah dikarenakan K...

Guru Malas Menulis, Murid Malas Membaca: Tantangan dan Solusi Pendidikan

Dalam era digital yang serba cepat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang tak terelakkan: penurunan minat guru dalam menulis dan menurunnya minat siswa dalam membaca. Fenomena ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Artikel ini akan mengupas penyebab, dampak, dan solusi dari masalah ini. Penyebab Guru Malas Menulis 1. Beban Kerja yang Tinggi: Guru sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, mulai dari mengajar, menyiapkan materi, hingga mengurus administrasi. Hal ini menyisakan sedikit waktu dan energi untuk menulis. 2. Kurangnya Motivasi: Beberapa guru mungkin merasa tidak ada insentif atau penghargaan yang cukup untuk menulis, baik dalam bentuk artikel ilmiah, buku, atau bahkan materi pembelajaran yang inovatif. 3. Teknologi dan Sumber Daya: Keterbatasan akses ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menulis, seperti komputer dan akses internet yang stabil, juga bisa menjadi kendala.