Langsung ke konten utama

Emak gue kena Covid19 dan sembuh...

Gambar : Kemenkes

Emak gue datang ke rumah sambil senyam-senyum, terus emak gue cerita dengan agak pelan suaranya. "Mama kena Covid Bay !" Berdua dengan adik gue, dan adik gue sudah di swab hasilnya positif. Nah emak gue cerita yang dirasain, pertama anosmia yaitu indera penciuman yang menghilang. Bahkan hidungnya dimasukin balsem Geliga gak kecium apa-apa. Cuma panas aja. Begitu juga ade gue, keduanya ibarat Patrick Star yang selama ini gak sadar kalau dia tidak bisa mencium bebauan.

Selain anosmia, yang dirasakan juga badan gak karuan, kepala berat tapi kaya kosong (setidaknya begitulah penggambaran emak gue yang gak pernah sekolah kedokteran). Makan juga jadi gak enak, tapi biar begitu baik emak dan adik gue tetap usahain makan.

Sampai akhirnya emak gue dapat ilham, tiba-tiba saja ujan besar, kepala berat, kayaknya enak diujan-ujanin. Emak gue ambil kursi plastik, taruh di depan rumah dan emak gue duduk sambil ujan-ujanan gak pake penutup kepala. Biasanya gue sering liat nenek-nenek berjemur pake kursi didepan rumah, makanya gue gak bisa bayangin kalau ada nenek-nenek pake kursi ujan-ujanan. Dan biasanya emak gue cepet sakit kalau kena ujan, tapi karena udah sakit, maka kena ujan kan gak mungkin sakit lagi.

Dan segala puji bagi Sang Pencipta, emak gue setelah main ujan-ujanan akhirnya mulai bisa mencium bau lagi. Mulai pulih badannya, begitupun adek gue. Sampai akhirnya mereka berdua sambil cengar-cengir datang ke rumah dan menceritakan pengalamannya. Pantes dalam beberapa waktu cukup lama gak ke rumah, padahal jarak rumah gue deket.


Mereka sengaja diam aja saat positif Covid19, yang penting isoman dan gak keluyuran dulu. Dan satu lagi ujan-ujanan. Gue gak tahu apa karena ujan-ujanan bikin virus Covid19 non aktif, atau karena ujan-ujanan bikin antibodi tiba-tiba saja melonjak naik. Tentu perlu diteliti lebih lanjut. Jangan-jangan terapi Covid19 itu main ujan-ujanan.

Kadang kalau gue pulang kerja, gue juga jadi suka ujan-ujanan diatas motor. Sekalianlah terapi Covid19, bahkan pas sampai depan rumah gue buka helm lalu sengaja kepala gue, gue ujan-ujanin. Mungkin itu tadi, air ujan bisa bikin anti body meroket.

Disclaimer On : Efek mandi hujan bisa berbeda bagi setiap orang, jadi konsultasikan dulu dengan dokter anda. 😅

Baca Juga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Nonton Ayat-ayat Cinta

Coz webnya kakbayu nggak bisa dibuka ya udah jadinya saya krm in email aja, saya mo cerita nich... Hari jumat yang lalu saya nonton ayat2 cinta bareng ama temen, dan Subhanalloh, mata saya bengkak gedhe banget sekeluarnya dari bioskop, dan bengkak itu 2 hari baru bisa kempes, he he he he he. Sebenarnya saya nangis bukan karena jalan ceritanya, bukan karena Fahri yang begitu sempurna seperti halnya Aisha baik agama maupun hati dan akhlaknya, bukan juga karena nasib Maria yang begitu malang. Tapi ada dua adegan yang sampai sekarang kalo diinget saya masih tetep nangis.

Begini cara hitung skor PPDB Zonasi Sekolah Dasar Negeri Kota Depok Tahun 2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Depok tahun ini rupanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2024 ini PPDB dilaksanakan secara terintegrasi dari TK Negeri, SD Negeri dan SMP Negeri. Tahun ini pun persyaratan Kartu Keluarga (KK) Kota Depok yang terbitnya setidaknya sudah 1 (satu) tahun pun menjadi persyaratan mutlak. Tujuannya tentu saja menyaring agar calon peserta didik yang mendaftar di sekolah negeri dibawah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah benar-benar warga Depok, yang telah memiliki KK dan tinggal di Depok setidaknya 1 (satu) tahun. Jika tidak, maka tombol opsi untuk melakukan pendaftaran tidak dapat di tekan. Tujuannya memang positif, dimana Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan prioritas kepada warga Depok untuk dapat bersekolah di kotanya sendiri dan sekolah yang dekat dari tempat tinggalnya sesuai KK. Namun dampaknya untuk Sekolah Dasar Negeri banyak calon peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun keatas tidak dapat masuk sekolah dikarenakan K...

Guru Malas Menulis, Murid Malas Membaca: Tantangan dan Solusi Pendidikan

Dalam era digital yang serba cepat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang tak terelakkan: penurunan minat guru dalam menulis dan menurunnya minat siswa dalam membaca. Fenomena ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan perkembangan intelektual siswa. Artikel ini akan mengupas penyebab, dampak, dan solusi dari masalah ini. Penyebab Guru Malas Menulis 1. Beban Kerja yang Tinggi: Guru sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, mulai dari mengajar, menyiapkan materi, hingga mengurus administrasi. Hal ini menyisakan sedikit waktu dan energi untuk menulis. 2. Kurangnya Motivasi: Beberapa guru mungkin merasa tidak ada insentif atau penghargaan yang cukup untuk menulis, baik dalam bentuk artikel ilmiah, buku, atau bahkan materi pembelajaran yang inovatif. 3. Teknologi dan Sumber Daya: Keterbatasan akses ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menulis, seperti komputer dan akses internet yang stabil, juga bisa menjadi kendala.